Minggu, 07 Februari 2010

PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI DASAR PENDIDIKAN ORANG DEWASA, resume 1

A. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa

Dikenal suatu teori atau istilah yaitu andragogi yang berasal dari bahasa yunani, yaitu andr berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin atau membimbing. Alexander Kapp pada tahun 1883, andragogi merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacad maupun tidak cacad secara berkelanjutan.

B. Karakteristik Pendidikan Orang Dewasa

1. Orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman hidup.
2. Orang dewasa memilki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.

C. Beberapa asumsi dasar dan implikasinya terhadap belajar

Menurut Knowles (1980), Merjan (1983) dan Jarvis (1985), teori andragogi adalah teknologi keterlibatan. Asumsi ini menjadi landasan yaitu:

1. Konsep Diri
Orang dewasa menganggap dirinya mampu mengatur kehidupannya sendiri. Orang dewasa memerlukan perlakuan dihargai khususnya dalam pengambilan keputusan, impilkasinya:

a. Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa.
b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya.
c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d. Dalam proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pengajar dan pebelajar.
e. Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogi menekankan kepada cara evaluasi diri.

2. Pengalaman
Orang dewasa mempunyai kesempatan yang lebih untuk mengkontribusikan dalam proses belajar orang lain. Karena ia merupakan sumber belajar yang kaya. Orang dewasa mempunyai dasar pengalaman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman baru, kecenderungan mengambil makna dari pengalaman yang lama. Orang dewasa telah mempunyai pola pikir dan kebiasaan yang pasti dan karena itu jadi kurang terbuka. Implikasinya :

a. Proses belajar menekankan pada metode yang sifatnya menyadap pengalaman mereka contohnya, diskusi, metode kasus, permainan peran dan lain-lain.
b. Penekanan pada proses belajar pada aplikasi praktis.
c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.

3. Kesiapan untuk belajar
Robert J. Havighurts (1953) membagi masa dewasa menjadi, fasenya; dewasa awal 18-30 tahun, dewasa pertengahan 30-55 tahun, dewasa akhir 55 tahun sampai meninggal. Peranan sosialnya; pekerja, kawan, orang tua, kepala rumah tangga, anak dari orang tua yang sudah berumur, warga negara, anggota organisasi, Kawan sekerja, anggota keagamaan dan pemakai waktu luang. Implikasinya:

a. Urutan kurikulum dalam proses belajar berdasarkan tugas perkembangannya.
b. Konsep mengenai tugas-tugas perkembangan memberi petunjuk dalam belajar secara kelompok yang anggotanya homogen akan lebih efektif.

4. Orientasi terhadap belajar
Secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Implikasinya:

a. Para pendidik orang dewasa berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
b. Kurikulum dalam pendidikan orang dewasa tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu tetapi berorientasi pada masalah.
c. Pengalaman belajar dirancang berdasarkan pola masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.

D. Beberapa asumsi belajar

1. Orang dewasa dapat belajar
2. Belajar adalah proses dari dalam
3. Konsidi belajar dan prinsip-prinsip belajar

Menurut Knowles (1977) langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa.
b. Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif.
c. Mendiagnosis kebutuhan belajar.
d. Merumuskan tujuan belajar.
e. Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
f. Melaksanakan kegiatan belajar.
g. Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).

Referensi : Yusnaidi,. Pendidikan Orang Dewasa. Medan:PPS UNIMED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar