Rabu, 24 Februari 2010

ALAT BANTU POD, resume 6

Alat bantu audiovisual adalah bahan atau alat yang digunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan. Contohnya LCD Proyektor, overhead projector, slide, film, televise, pameran dan benda. Jenis alat bantu audiovisual yang biasa dipakai menurut Morgan et al (1976) ialah:

1.Papan tulis dan papan bulletin.
2.Chart, grafik , diagram dan peta.
3.Drama dan wayang kulit.
4.Pameran.
5.Papan planel dan papan temple.
6.Gambar, foto, dan bahan cetakan.
7.Televisi, radio dan video tape.
8.Tape recorder.
9.Poster,kartun dan kliping.
10.Film, slide dan filmstrip.

Posisi alat bantu audiovisual dalam pengajaran adalah sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi pelajaran atau konsep yang sulit dimengerti tanpa ilustrasi visual. Tulisan dan ucapan sangat bermanfaat dalam situasi belajar, tapi ada beberapa konsep yang tidak dapat disampaikan sejelas jika menggunakan alat bantu audiovisual. Ada kesalahan persepsi alat bantu audiovisual,maka dari itu terdapat beberapa asumsi yang menjelaskan nya yaitu :

1.Alat bantu audiovisual bukan suatu bentuk pendidikan tersendiri.
2.Alat bantu audiovisual bukan hanya berupa gambar hidup.
3.Tujuan utama alat bantu audiovisual jika dikaitkan dengan pendidikan bukan untuk hiburan.
4.Alat bantu audiovisual bukan sesuatu yang baru.
5.Alat bantu audiovosiual bukan obat mujarab untuk mengatasi seluruh hambatan pengajaran.

Manfaat alat bantu audiovisual ialah :
1.Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar.
2.Mendorong minat.
3.Meningkatkan pengertian yang lebih baik.
4.Melengkapi sumber belajar yang lain.
5.Menambah variasi metode mengajar.
6.Menghemat waktu.
7.Meningkatkan keingintahuan intelektual.
8.Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu.
9.Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.
10.Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu di luar pengalaman biasa.

Kriteria dalam memilih alat bantu yang digunakan ialah berdasarkan dengan tugas yang dikerjakan, diketahui penggunaannya, alat yang paling siap dipergunakan, yang mudah digunakan, yang sesuai dengan minat dan pengertina pelajar, dapat menyajikan materi dengan akurat, bebas dari propaganda dan tersedia tempat dan fasilitas yang cocok untuk menggunakan alat tersebut.
Saran ketika menggunakan alat bantu audiovisual yaitu, bahan yang disajikan harus mengarah langsung ke masalah yang sedang dibicarakan, operator yang menjalankan alat bantu harus mengetahui cara kerja, segala sesuatunya dalam keadaan siap dan tersusun rapi dan alat bantu sebaiknya mengajarkan sesuatu dan tidak sekedar menayangkan sesuatu.


Referensi : Suprijanto. 2007. PENDIDIKAN ORANG DEWASA DARI TEORI HINGGA APLIKASI. JAKARTA : BUMI AKSARA .

Selasa, 09 Februari 2010

KEYAKINAN TENTANG BELAJAR MENGAJAR POD, resume 4

KEYAKINAN-KEYAKINAN TENTANG PROSES BELAJAR DAN PEBELAJAR

1. Tujuan instruksional
Adanya tujuan instruksional ialah berperan sebagai pemandu untuk mengorganisasikan tindakan dan mengarahkan desain pengalaman belajar, penentu hasil-hasil kegiatan belajar membandingkan apa yang terjadi dengan yang direncanakan.

2. Proses belajar
Ada tiga pandangan utama yaitu, belajar adalah latihan pikiran dan pengumpulan kebenaran dasar (disiplin mental), belajar adalah pengkondisian atau penguatan dan belajar ialah pengembangan pengertian.
Ada hal pokok yaitu pada tingkat mana manusia secara total merupakan sebagian dari masyarakat dan sebaliknya terpisah dengan masyarakat, dan hubunga pengaruh antara manusia dan masyarakat.

PERSPEKTIF TEORITIS BELAJAR ORANG DEWASA

A. Carl Roger
Ahli humanistik yang menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi bidang pembelajaran. Contohnya, latihan sensitivitas, T-group, workshop intensif, analisis transaksional dan lain-lain.

B. Paulo Freire
Seorang pendidik orang dewasa di Brazil. Menurutnya, pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan sendiri (self affirmation) yang menghasilkan kemerdekaan dari belenggu penjajahan. Motonya conscientization, jauh melebihi cita-cita sekedar memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar.

C. Robert M. Gagne
Ada delapan tipe belajar; belajar berisyarat, belajar stimulus respon, rangkaian motorik, rangkaian verbal, diskriminasi berganda, belajar konsep, belajar aturan dan pemecahan masalah.

D. Jack Mezirow
Menurutnya belajar dalam kelompok merupakan alat paling efektif menimbulkan perubahan sikap dan perilaku individu. Bertolak dari asumsinya bahwa setiap orang mengkonstruksikan kenyataan yang tergantung pada penguatan dari berbagai sumber dalam sosio-budaya.

E. Malcom Knowles
Bapak teori andragogi meskipun bukan ia yang menggunakan istilah andragogi pertama kali. Ia menegaskan perbedaan belajar bagi anak dan dewasa ialah dari segi perkembangan kognitifnya. Asumsinya orang dewasa dapat belajar dan belajar adalah proses internal.

PENDIDIKAN ORANG DEWASA DALAM TINJAUAN FILSAFAT

A. Filsafat-Filsafat Umum : Suatu Tinjauan Sekilas

1. Idealisme
Salah satu filsafat tertua di India Timur dan Plato belahan barat. Kaum idealis menyatakan kenyataan merupakan khasanah pikiran dan tidak memperdulikan keadaan fisik, tidak mempertimbangkan materi sebagai kenyataan.

2. Realisme (Materialisme Dan Naturalisme)
Memandang dunia materi sebagai sesuatu hal yang nyata.

B. Filsafat Pendidikan Orang Dewasa

a. Essensialisme
Oleh William C. Fargley tahun 1983 di Amerika, elemen dasar pendidikan diperoleh dari ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan sejarah dan masa sekarang serta bersumber dari idealisme dan realisme. Penekanan pendidikan pada pokok pelajaran.

b. Perenialisme
Penerapan ilmu pengetahuan kebudayaan kuno dimasa sekarang sama dengan penerapan pada ribuan tahun yang lalu. Pendidikan harus ditujukan kepada orang yang memiliki bakat intelektual.

c. Progressivisme
Memerlukan perjalanan menusia sebagai ilmu pengetahuan dan merupakan respon dari reaksi terhadap essensialisme dan perenialisme yang terlalu otoriter. Ini menitikberatkan pada proses belajar dan memberikan perhatian pada usaha memperbaiki kehidupan manusia dalam masyarakat. Buku adalah alat dalam proses belajar.

d. Rekonstruksionisme
Oleh Theodero filsafat ini lebih memperhatikan tujuan akhir daripada cara (metode). Mengandalkan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran dan berpendapat bahwa tujuan akhir akan berubah apabila masalahnya telah ditemukan dan terpecahkan.

e. Eksistensialisme
Pendidikan merupakan alat mengembangkan pilihan dan otonomi individu. Tokoh-tokohnya ; George Kneller, Burbacher, Harper , Herry Boudy dan John Falmer.

Referensi : Yusnaidi,. Pendidikan Orang Dewasa. Medan:PPS UNIMED

PRINSIP DAN PENDEKATAN POD, resume 3

PRINSIP-PRINSIP UMUM UNTUK MEMILIH PENGALAMAN BELAJAR PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Beberapa Prinsip Belajar untuk Pendidikan Orang Dewasa

Menurut Hommonds ada empat prinsip belajar ;

1. Prinsip latihan (praktik).
Aktivitas pebelajar yang berupa mendengarkan uraian pembelajar, mengkonsentrasikan diri pada apa yang didengarkan kemudian mencerna apa yang diuraikan agar dapat dimengerti, melibatkan organ-organ tubuh dalam proses berpikir untuk menumbuhkan suatu pengertian.

2. Prinsip hubungan.
Berdasarkan pada kebiasan manusia untuk selalu menghubung-hubungkan berbagai kejadian yang dialaminya dengan hal yang terjadi sebelumnya.

3. Prinsip akibat.
Ini mempengaruhi salah satu aspek perilaku pebelajar yang belajar. Dalam bentuk tingkat kepuasan yang diperoleh seseorang atau juga kesenangan terhadap sesuatu yang dipelajari.

4. Prinsip kesiapan.
Secara fisik atau mental untuk belajar akan berada dalam situasi yang memperkenankannya mencurahkan perhatian yang sepenuhnya pada materi belajar.

A. Bagaimana sebaiknya menyelenggarakan proses belajar orang dewasa

Usahakan pebelajar orang dewasa tersebut secara aktif berpartisipasi dalam perumusan tujuan belajar. Ketika dalam diskusi atau teknik kelompok lainnya, semakin besar tanggung jawab yang diberikan maka semakin efektif belajarnya. Usahakan suasana belajar yang menyenangkan yang berorientasi pada pebelajar dan bersifat spontan. Belajar harus juga berorientasi pada pemecahan masalah. Orang dewasa akan efektif jika mereka sendiri yang menentukan kecepatan belajarnya. Pebelajar harus menerima umpan balik tentang sebaik mana kemajuan yang telah mereka buat.

BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ORANG DEWASA

A. Jenis-Jenis Pendekatan

1. Pendekatan Pemusatan Masalah
Kurikulum yang berpusat pada masalah mengarahkan pengalaman belajar pada kehidupan pebelajar sehari-hari dan akan mempunyai manfaat secara langsung. Konsep Khit-pen di Thailand adalah contohnya. Khit-pen berarti mampu berpikir.

2. Pendekatan Proyektif
Foto atau gambar garis yang menggambarkan suatu masalah kadang tidak memadai untuk menggali dimensi permasalah yang ada pada pebelajar. Cara lainnya ialah melalui diskusi tentang perilaku beberapa tokoh dalam sebuah cerita. Pendekatan ini banyak digunakan di Pendidikan Luar Sekolah di Turki.

3. Pendekatan Appersepsi-Interaksi
Pendekatan ini mulai dengan mengidentifikasi tema-tema masalah kehidupan sehari-hari pebelajar. Pebelajar menghubungkan pengalaman dan perasaan dengan gambar yang ada di folder (appersepsi). Kemudian membahasnya dalam diskusi mengenai isi folder tersebut (interaksi).

4. Pendekatan Perwujudan Diri Sendiri (Self Actualization Approach)
Maslow menggambarkan manusia yang utuh. Pendekatan ini ada empat ciri utama:

a. Proses yang terpusat pada pebelajar.
b. Belajar sesama teman dalam kelompok (peer learning).
c. Membantu timbulnya konsep diri yang positif.
d. Daya khayal yang berdaya cipta.


B. Model Kurikulum dan Penerapan Teori Belajar

1. Model Kurikulum
a. Model informasi.
b. Model pemecahan masalah.
c. Model proyektif.
d. Model ekspresi atau perwujudan diri.

2. Penerapan Teori Belajar pada Situasi Belajar
a. Pendekatan yang terpusat pada masalah.
b. Pendekatan perwujudan diri.
c. Beberapa praanggapan.

Dapat diterima ketika praanggapan tersebut konsisten dengan filsafat yang mendasari pekerjaan yang dilaksanakan yaitu:

1. Orang dewasa di pedesaan akan menerima idea tau pemikiran baru jika mereka memahami dalam bentuk hubungan kepentingan bagi mereka.
2. Proses belajar yang efektif mudah terjadi apabila terdapat motivasi kuat untuk belajar.
3. Kemampuan individu menyumbangkan sesuatu untuk pembangunan mengharuskan melihat nilai-nilai dengan sebab-akibat, penilaian serta mengambil tanggung jawab bertindak.
4. Kesadaran diri harus timbul dalam diri seseorang.
5. Lingkungan sosial dan budaya dapat menjalankan peranan yang kuat dan menentukan kemampuan seseorang dalam memilih kemungkinan-kemungkinan.

Referensi : Yusnaidi,. Pendidikan Orang Dewasa. Medan:PPS UNIMED

Minggu, 07 Februari 2010

TUJUAN DAN PERTIMBANGAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ORANG DEWASA, resume 2

A. Tujuan Pendidikan Orang Dewasa

Houle
(1972) menggambarkan lima orientasi pendidik orang dewasa:

1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolah.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalitas.

Bergeivin
mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa:

1. Membantu mencapai suatu tingkat kebahagian dan makna dalam kehidupan.
2. Membantu memahami diri sendiri, bakatnya dan keterbatasan serta hubungan dengan orang lain.
3. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan belajar seumur hidup.
4. Memberikan kondisi dan kesempatan dalam membantu mencapai kemajuan proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
5. Memberikan jika dibutuhkan pendidikan bagi kelangsungan hidup.

Dapat disimpulkan dari pemaparan di atas bahwa tujuan pendidikan orang dewasa ialah:

1. Membantu orang-orang melakukan penyesuaian psikologis terhadap kondisi sosial dan dunia alamiah dengan melengkapi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
2. Melengkapi keterampilan orang dewasa yang diperlukan guna menemukan dan memecahkan masalah yang mungkin dihadapi dengan menekankan pada keterampilan memecahkan masalah dan tidak pada isi atau subject matter.
3. Membantu orang dewasa merubah kondisi sosial mereka.
4. Membantu orang dewasa bebas, individu otonom.


B. Pertimbangan filosofis dalam pendidikan orang dewasa
Pendekatan filsafat didasarkan untuk memecahkan persoalan yang berdimensi luas. Metode berpikir filsafat digunakan dalam pendidika orang dewasa ada lima alasan yaitu:

1. Perlu adanya acuan pertanyaan-pertanyaan apabila ingin menetapkan program yang akan datang yaitu “apa yang akan dilakukan” yang berkonotasi penerapan dari program yang direncanakan adalah suatu pendekatan filosofis.

2. Pendidik untuk orang dewasa secara individual sering merasa hanya bagian yang sangat kecil dari suatu lembaga yang besar sehingga memandang lembaga sebagai sumber acuan.

3. Pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar persoalan.

4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengan aktivitas masyarakat.

5. Suatu cara berpikir filosofis yang dikembangkan dengan menyiapkan pendidikan melalui pendekatan yang terkait erat dengan pertanyaan mendasar.
Metode berpikir filsafat bagi pendidikan orang dewasa dapat didefenisikan sebagai suatu sistem, keyakinan yang dimiliki seorang pendidik untuk orang-orang dewasa. Dimensi filsafat dibedakan menjadi dimensi yang menunjukkan pada pengertian macam-macam filsafat baik yang tradisional atau kontemporer, dan dimensi proses yang menunjukkan tentang bimbingan berpikir yang sistematis dan terorganisir.

Kerangka kerja metode berpikir filsafat ada empat kategori:

1. Pebelajar mengembangkan metode berpikir filsafat bagi pendidik orang dewasa dalam diri seseorang.
2. Seluruh tujuan dari pendidik orang dewasa.
3. Materi isi.
4. Proses belajar.

Referensi : Yusnaidi,. Pendidikan Orang Dewasa. Medan:PPS UNIMED

PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI DASAR PENDIDIKAN ORANG DEWASA, resume 1

A. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa

Dikenal suatu teori atau istilah yaitu andragogi yang berasal dari bahasa yunani, yaitu andr berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin atau membimbing. Alexander Kapp pada tahun 1883, andragogi merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacad maupun tidak cacad secara berkelanjutan.

B. Karakteristik Pendidikan Orang Dewasa

1. Orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman hidup.
2. Orang dewasa memilki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.

C. Beberapa asumsi dasar dan implikasinya terhadap belajar

Menurut Knowles (1980), Merjan (1983) dan Jarvis (1985), teori andragogi adalah teknologi keterlibatan. Asumsi ini menjadi landasan yaitu:

1. Konsep Diri
Orang dewasa menganggap dirinya mampu mengatur kehidupannya sendiri. Orang dewasa memerlukan perlakuan dihargai khususnya dalam pengambilan keputusan, impilkasinya:

a. Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa.
b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya.
c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d. Dalam proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pengajar dan pebelajar.
e. Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogi menekankan kepada cara evaluasi diri.

2. Pengalaman
Orang dewasa mempunyai kesempatan yang lebih untuk mengkontribusikan dalam proses belajar orang lain. Karena ia merupakan sumber belajar yang kaya. Orang dewasa mempunyai dasar pengalaman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman baru, kecenderungan mengambil makna dari pengalaman yang lama. Orang dewasa telah mempunyai pola pikir dan kebiasaan yang pasti dan karena itu jadi kurang terbuka. Implikasinya :

a. Proses belajar menekankan pada metode yang sifatnya menyadap pengalaman mereka contohnya, diskusi, metode kasus, permainan peran dan lain-lain.
b. Penekanan pada proses belajar pada aplikasi praktis.
c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.

3. Kesiapan untuk belajar
Robert J. Havighurts (1953) membagi masa dewasa menjadi, fasenya; dewasa awal 18-30 tahun, dewasa pertengahan 30-55 tahun, dewasa akhir 55 tahun sampai meninggal. Peranan sosialnya; pekerja, kawan, orang tua, kepala rumah tangga, anak dari orang tua yang sudah berumur, warga negara, anggota organisasi, Kawan sekerja, anggota keagamaan dan pemakai waktu luang. Implikasinya:

a. Urutan kurikulum dalam proses belajar berdasarkan tugas perkembangannya.
b. Konsep mengenai tugas-tugas perkembangan memberi petunjuk dalam belajar secara kelompok yang anggotanya homogen akan lebih efektif.

4. Orientasi terhadap belajar
Secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Implikasinya:

a. Para pendidik orang dewasa berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
b. Kurikulum dalam pendidikan orang dewasa tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu tetapi berorientasi pada masalah.
c. Pengalaman belajar dirancang berdasarkan pola masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.

D. Beberapa asumsi belajar

1. Orang dewasa dapat belajar
2. Belajar adalah proses dari dalam
3. Konsidi belajar dan prinsip-prinsip belajar

Menurut Knowles (1977) langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa.
b. Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif.
c. Mendiagnosis kebutuhan belajar.
d. Merumuskan tujuan belajar.
e. Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
f. Melaksanakan kegiatan belajar.
g. Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).

Referensi : Yusnaidi,. Pendidikan Orang Dewasa. Medan:PPS UNIMED

Senin, 01 Februari 2010

Kontrak Kuliah Andragogi

ini link nya



http://www.ziddu.com/download/8272193/ANDRAGOGI20092010.pdf.html

Introduction

Ini adalah blog pertama saya, meraba-raba membuatnya hehehee.
Blog ini pun dibuat untuk melancarkan eh sebenarnya kewajiban mahasiswa mata kuliah andragogi untuk mendapatkan nilai yang bagus.